Jurnal Mitigasi - Litigasi Supervisi Sosial dan Politik - Kolom ini hadir sebagai ruang refleksi atas dinamika demokrasi Indonesia pasca-Reformasi, ketika masyarakat sipil terus mencari cara untuk menegakkan kontrol terhadap negara. -Mitigasi - dipahami sebagai upaya pencegahan konflik sosial dan politik, sementara - Litigasi - merujuk pada proses penegakan hukum serta penyelesaian sengketa yang lahir dari ketegangan sipil-militer maupun antar-aktor politik. Melalui perspektif supervisi sosial, kolom ini menyoroti bagaimana lembaga non-pemerintah, media, serta komunitas akademik berperan sebagai pengawas kritis. Tujuannya jelas: memastikan demokrasi tidak hanya menjadi prosedur elektoral, tetapi juga praktik yang berpihak pada keadilan sosial. Dalam lingkup politik, kolom ini mengurai fenomena - grey area - purnawirawan militer, problem akuntabilitas hukum, hingga dilema skeptisisme publik terhadap institusi negara. Semua dibaca bukan semata dari sisi hukum formal, melainkan juga sebagai gejala sosiologis yang memengaruhi hubungan kekuasaan dan kepercayaan publik. Jurnal Mitigasi - Litigasi Supervisi Sosial dan Politik - bukan hanya catatan akademik, melainkan juga ajakan untuk terus mengawal reformasi. Bahwa demokrasi sejati hanya dapat tumbuh bila ada keseimbangan antara negara yang berkuasa dan masyarakat yang berdaya mengawasi.

Jika Kau Marah.

5 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Coba Redakan Emosi Saat Kesal dan Marah dengan Cara Mudah Ini - ragam Cantika.com
Iklan

Terurai rambutmu menguraikan definisi hati Mengalir dalam lintasan lebur kerling matamu Di dalam do'a yang mihrabi - bagai panas getah damar

Jika Kau Marah.

Terurai Rambutmu !

Terurai rambutmu menguraikan definisi hati
Mengalir dalam lintasan lebur kerling matamu
Di dalam do'a yang mihrabi - bagai panas getah damar (Shorea javanica)
Membentuk kolosal geometrik - dari setengah bulat bumi

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hari yang senja kemilau di hari ahad dan masa sabat
Kita menunggu pelik dilema rindu tak jua sua
kita merengkuh pascal - di dalam fluiditas
dan harmoni tercipta bagai gerabah

Pecahlah!
Sebab, pecah adalah penguraian mata rantai dilema
pecah dalam uraian panjang perjalanan dan mengalir
Di sisi sungai itu - misisipi yang lain dari biasanya

Pecahlah!
Rabu, kamis, minggu, dan rindu cintaku padamu -
Telah usai badai di gelap samudera lautan
Pelita cerah menggapai tubuhmu
Menggapai sanubari dalam dekapan yang hangat.


Jika marahmu dengan landasan yang logis dan rasional
Pijakan, tak membuatmu terbang - dalam ilusi
Tubuhmu yang tanpa sayap itu, dan seakan tak berbatas kenyataan
Marahlah! lepaskan beban itu dalam histeria - jika beban memang terlampau berat.

Wajahmu memerah yang marah justru menambah manis dan cantik
Selama ini kau pelipur lara - biarkan belenggu terampas putus oleh do'a
Dan derita kita terima sebagai kisah yang berzikir - mengurai pelajaran yang epiks
Sebab, kita memang manusia biasa - tak jua luput dari dera menguji nasib dan takdir di dunia.

Jika kau marah seakan tak ingin lepas
hingga kelak kita bertemu di akhir masa-
engkaulah surga yang terindah dalam hidup
Dan kelopak buah - dari anak-anak yang penuh kesadaran diri.

Lepaskan sejenak tertawalah, dengan cukup
Sehingga suatu masa kesedihan dapat cukup kita lawan
Dan bahagia di dalam tempayan yang tak sia-sia
Sebab, tak tumpah dari wadahnya - sebab kita tak melampaui arti dari

—kata cukup.


A.W. Al-faiz
Bandar Lampung, 12 September 2025

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

img-content
img-content
img-content
Lihat semua